IPS

kelas IV D
Tanggal 22 april 2020
sejarah dan budaya Maluku

PrasejarahSunting

Kepulauan Maluku mulai terbentuk antara 150 hingga satu juta tahun yang lalu, antara zaman Kehidupan Tengah dan zaman Es. Kepulauan Maluku tergabung dalam rangkaian Dangkalan Sahul yang terhubung dengan Australia.[9] Kepulauan Maluku pertama kali diduduki sekitar 30.000 tahun yang lalu oleh bangsa Austronesia-Melanesia yang terdiri dari Negrito dan Wedda, kemudian dilanjutkan oleh kedatangan bangsa Melayu TuaMelayu Muda, kemudian Mongoloid, mengingat letak Maluku sebagai daerah lintas perpindahan penduduk Asia Tenggara ke Melanesia dan Mikronesia.[10][11] Meskipun demikian, Austronesia-Melanesia dan kebudayaannya tetap menjadi yang terbesar di Maluku.[12] Pulau Seram sebagai nusa ina (pulau ibu) memegang kunci sebagai pusat penyebaran penduduk ke seluruh penjuru Kepulauan Maluku.[11]

Nekara heger I yang pecah di Pulau Dullah, Kei Kecil.
Budaya prasejarah Maluku dimulai oleh budaya Batu Tua, didukung oleh peninggalan berupa kapak genggam, meskipun manusia pendukung kebudayaan tersebut beserta peninggalan kebudayaan lainnya belum ditemukan. Sementara itu, peninggalan kebudayaan Batu Tengah berupa gua-gua beserta bekas-bekasnya yang dapat ditemukan di Seram dan Kei.[13] Gua-gua di Maluku memiliki lukisan yang menyerupai lukisan gua Papua yang tidak hanya berupa lukisan telapak tangan layaknya gua-gua di Sulawesi, melainkan juga lukisan kehidupan manusia dan hewan.[14] Kebudayaan dilanjutkan oleh kebudayaan Batu Baru dengan budaya bercocok tanam, seiring ditemukannya kapak dan cangkul, yang menjadi dasar perkembangan kebudayaan Maluku hingga saat ini.[15] Selanjutnya, kebudayaan perunggu dan besi meninggalkan nekara, kapak perunggu, gelang, dan patung yang hingga kini dipelihara penduduk setempat sebagai benda pusaka dan lambang kebesaran suku. Sebagian besar nekara yang berada di Maluku merupakan hasil perdagangan dengan daratan Asia Tenggara, Tiongkok Selatan, dan Tonkin sekitar abad pertama masehi.[16] Berbeda dengan daerah lainnya di Asia Tenggara, Batu Besar hanya meninggalkan sedikit peninggalan, yakni punden berundak dan batu pemali (dolmen) yang biasanya diletakaan di atas bukit atau di dekat baileo.[17]

PrapenjajahanSunting

Maluku menjadi salah satu tempat terpenting dalam perdagangan dunia karena hasil buminya berupa rempah, terutama pala dan cengkih, yang ramai dicari pedagang dari Barat. Perdagangan dunia konon terbagi menjadi dua jalur, yakni jalur sutra dan jalur rempah di mana keduanya melalui Maluku. Karenanya, Maluku ramai dikunjungi para pedagang asing seperti dari ArabPersia, Gujarat, dan Tiongkok.[18] Pada abad ke-7, pedagang dari Tiongkok menguasai perdagangan rempah Maluku, kemudian perdagangan dikuasai oleh para pedagang Arab dan Persia pada abad-abad setelahnya. Meskipun demikian, pedagang Arab dan Persia telah tercatat beramai-ramai memasarkan rempah dari Maluku seperti cengkih ke Eropa sejak abad ke-7.[19] Pedagang Arab pun mengenalkan abjad Arab yang berkembang menjadi abjad Jawi kepada masyarakat Maluku serta angka Arab yang digunakan dalam segala pembayaran dalam perdagangan di Maluku.[20] Sriwijaya menguasai Maluku pada abad ke-12, kemudian Majapahit pada abad ke-14. Pada masa ini, pedagang Jawa mengambil alih kuasa dagang Maluku. Pada masa yang sama pula Islam mulai disebarkan kepada penduduk Maluku—sebelumnya Islam hanya dipeluk oleh kalangan musafir dan pedagang—melalui hubungan dagang dengan Timur Tengah serta mubalig Jawa dan Melaka.[7][21][22]

Uli Lima dan Uli Siwa sebelum Perjanjian Saragosa.
Selain perdagangan rempah, sejarah prapenjajahan Maluku tidak bisa lepas dari empat kerajaan besar Maluku Utara, yaitu TernateTidoreBacan, dan Jailolo yang telah ada sejak abad ke-13. Penguasa kerajaan-kerajaan tersebut bergelar kolano (kelana), kemudian diubah menjadi sultan sejak para kolano memeluk Islam pada abad ke-15.[23] Meskipun keempatnya merupakan kerajaan besar, hanya Ternate dan Tidorelah yang memiliki kedudukan penting. Ternate yang membidik barat memperluas wilayahnya dengan melahap Jailolo dan kerajaan-kerajaan kecil seperti Moro dan Loloda. Selain itu, Ternate pun menguasai wilayah Provinsi Maluku sekarang seperti Ambon dan barat Seram serta utara, tengah, dan tenggara Sulawesi. Puncak kejayaan Ternate ini dicapai pada masa Sultan Khairun dan Sultan Baabullah pada abad ke-16. Sementara itu, Tidore yang membidik timur berhasil menguasai sebagian besar Halmahera dan wilayah Provinsi Maluku sekarang yang dikuasai kala itu ialah timur Seram. Tidore pun menjadikan Raja Ampat dan Papua sebagai vasalnya. Persaingan antarkedua kerajaan yang sudah menjadi kesultanan tersebut membuat keduanya sering bertikai seperti pada perebutan Pulau Makian dan persaingan untuk bekerja sama dengan mitra asing, khususnya Barat.[24][7] Wilayah kekuasaan Ternate disebut sebagai Uli Lima atau persekutuan lima negeri, sedangkan wilayah kekuasaan Tidore disebut sebagai Uli Siwa atau persekutuan sembilan negeri.[25]

Portugis dan SpanyolSunting

Menyusul penaklukan Goa pada 1510 dan Melaka pada 1511Afonso de Albuquerque mengirim António de AbreuFrancisco Serrão, dan Fernando de Magelhaens dengan tiga kapal terpisah dari Melaka untuk mencari Kepulauan Maluku.[26] Abreu berhasil tiba di Banda dan pulang membawa rempah ke Melaka, sementara Serrão menetap di Hitu, Ambon, di mana ia diterima baik oleh raja setempat dan diizinkan mendirikan loja (gudang dan pos dagang sementara).[27] Menyebarnya kabar tersebut dan kabar penaklukan Melaka oleh Portugis membuat Ternate dan Tidore bersaing menarik hati Serrão, meski Ternate menang cepat dan berhasil membawa Serrão ke Ternate.[28] Selain disambut baik oleh Sultan Bolief, ia diizinkan mendirikan feitoria (benteng dan pos dagang sementara (atas perintah Raja Portugal).[29][30] Beberapa loja dan feitoria dibangun di Kepulauan Maluku, memicu tumbuhnya permukiman sekitarnya. Terekam banyak perkawinan pria Portugis dengan wanita setempat serta penyebaran injil di permukiman- permukiman tersebut.[31] Pada 1537, tercatat bahwa seorang bangsawan Portugis telah menguasai tanah-tanah di antara Buru, Ambon, dan Seram sebagai kekayaan pribadinya; diberikan sebagai doaçao (hadiah) oleh salah satu anggota keluarga kerajaan Ternate.[32]

Benteng Nossa Senhora da Anunciada, berubah nama menjadi Nieuw Victoria pada masa Belanda.[33]
Di Ambon, hubungan antara Portugis dengan Raja Hitu terjaga dengan baik. Kapal-kapal Portugis juga mulai berlabuh di Tawiri dan Hatiwi; di sana tumbuh pula permukiman Kristen di mana sering juga terjadi perkawinan campuran.[34] Pada 1545, menurut Fransiskus Xaverius, setidaknya sudah ada 37 desa Kristen di Ambon dan Lease.[35] Portugis juga membangun Benteng Nossa Senhora da Anunciada yang menjadi cikal bakal Kota Ambon pada 1575.[36] Meskipun demikian, pada 1538, pernah terjadi sebuah pertikaian yang disebabkan oleh para tentara Portugis yang mabuk yang menghina keluarga kerajaan Hitu; Portugis sempat diusir ke Boca di pesisir selatan Ambon.[37]

Bangsa BelandaSunting

Orang Belanda tiba pada tahun 1599 dan melaporkan adanya usaha Portugis untuk memonopoli perdagangan tradisional mereka. Setelah Orang Ambon berhasil membantu Belanda dalam membangun benteng di Hitu Lama, Portugis memulai kampanye melawan bantuan terhadap Ambon dari Belanda.
Setelah 1605 Frederik Houtman menjadi gubernur Belanda pertama Ambon. VOC merupakan perusahaan perdagangan Belanda yang terhambat oleh tiga faktor daam menjalankan usahanya yaitu: Portugis, penduduk lokal dan Inggris. Sekali lagi, penyelundupan merupakan satu-satunya cara untuk monopoli Eropa. Selama abad ke-17, Banda melakukan perdagangan bebas dengan Inggris. Upaya Belanda adalah dengan mengurangi jumlah penduduk asli Banda lalu mengirim lainnya ke luar pulai serta mendirikan instalasi budak kerja.
Walaupun lainnya kembali menetap di Kepulauan Banda, sisa wilayah Maluku lainnya tetap sangat sulit untuk berada di bawah kontrol asing bahkan setelah Portugis mendirikan stasiun perdagangannya di Makassar, terjadi pemberontakan penduduk lokal pada tahun 1636 dan 1646. Di bawah kontrol kompeni Maluku teradministrasi menjadi residen Belanda yaitu Ternate di Utara dan Amboyna (Ambon) di selatan.

Perang Dunia IISunting

Pecahnya Perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941 sebagai bagian dari Perang Dunia II mencatat era baru dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jenderal Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh, melalui radio, menyatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda dalam keadaan perang dengan Jepang.
Tentara Jepang tidak banyak kesulitan merebut kepulauan di Indonesia. Di Kepulauan Maluku, pasukan Jepang masuk dari utara melalui pulau Morotai dan dari timur melalui pulau Misool. Dalam waktu singkat seluruh Kepulauan Maluku dapat dikuasai Jepang. Perlu dicatat bahwa dalam Perang Dunia II, tentara Australia sempat bertempur melawan tentara Jepang di desa Tawiri. Dan untuk memperingatinya dibangun monumen Australia di negeri negeri Tawiri (tidak jauh dari Bandara Pattimura).
Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku dinyatakan sebagai salah satu provinsi Republik Indonesia. Namun pembentukan dan kedudukan Provinsi Maluku saat itu terpaksa dilakukan di Jakarta, sebab segera setelah Jepang menyerah, Belanda (NICA) langsung memasuki Maluku dan menghidupkan kembali sistem pemerintahan kolonial di Maluku. Belanda terus berusaha menguasai daerah yang kaya dengan rempah-rempahnya ini, bahkan hingga setelah keluarnya pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 dengan mensponsori terbentuknya Republik Maluku Selatan (RMS).

Tugas
1.silahkan siswa menonton TV TVRI tentang materi hari ini jam 09.00-09.30
2.Silahkan siswa menjawab soal yang sudah bu risma rangkum silahkan klik disini 
https://forms.gle/gyt356i86fXBAa1T8
3.silahkan shalat duha,wajib dan memabaca qur'an
4.semua kegiatan silahkan di dokumentasikan dalam bentuk foto atau video


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "IPS"

Posting Komentar